Kapolsek Humanis: IPDA Diknas Aoliso dan Jejak Kepemimpinan Bernurani
IPDA Diknas meninggalkan jejak pengabdian melalui pendekatan humanis, dialogis, dan partisipatif, yang menempatkan masyarakat sebagai mitra dalam menciptakan keamanan. Penerapan prinsip restorative justice, kepedulian sosial, serta program pemberdayaan masyarakat memperlihatkan bahwa hukum memperoleh legitimasi sejatinya ketika dijalankan dengan nurani, kearifan, dan orientasi pada kebaikan bersama

Pergantian jabatan dalam institusi kepolisian adalah hal yang biasa, namun jejak pengabdian seorang perwira sering kali meninggalkan makna yang melampaui lebih dari sekadar tugas formal.
Serah terima jabatan Kapolsek Insana Utara dari IPDA Diknas Melvi Aoliso, S.H. kepada penggantinya, IPDA Syahri Fajar Hamika, S.Tr.K., pada 17 September 2025, menjadi momen reflektif tentang bagaimana hukum dan kemanusiaan dapat berpadu.
Kepemimpinan adalah keberpihakan kepada martabat manusia. IPDA Diknas menampilkan pendekatan ini melalui sikap merangkul semua elemen masyarakat, giat menyambangi warga, dan mendengarkan kritik maupun saran.
Tindakan tersebut menggambarkan sebuah hubungan yang tidak menempatkan masyarakat sebagai objek, melainkan subjek yang bermitra dalam menciptakan keamanan. Dengan pendekatan ini, hukum dapat dilihat sebagai ruang dialog yang hidup antara negara dan warga.
Contoh yang paling reflektif adalah ketika IPDA Diknas menangani kasus penganiayaan yang menyebabkan kematian Almarhum Simon Sirene Sanak . Alih-alih terjebak pada logika penghukuman semata, ia mampu menjelaskan proses hukum secara bijak kepada keluarga korban hingga mereka dapat menerima keputusan penghentian perkara (SP3).
Keputusan ini bukan berarti mengabaikan hukum, melainkan menghadirkan Restorative Justice; sebuah pendekatan yang kini diakui dalam sistem hukum modern sebagai jalan penyelesaian yang lebih humanis dan berkelanjutan.
Hal tersebut menunjukkan cara pandang hukum yang berbasis keadilan substantif sebagai upaya mewujudkan kebaikan bersama (bonum commune); Hukum tanpa nurani bisa jatuh pada formalisme yang dingin.
Kiprah IPDA Diknas di Insana Utara mencerminkan integrasi moral yang menekankan pentingnya keseimbangan antara norma etis, aturan hukum, dan kebutuhan sosial.
Empati pada masyarakat terlihat dari kehadirannya dalam berbagai kegiatan sosial, hingga membimbing anggotanya secara konsisten.
"Pak Diknas selalu konsisten dalam setiap rencana yang dibuat, merangkul semua elemen masyarakat dan membangun hubungan kerja sama yang sangat baik. Semua warga akui itu" kata AIPDA Sekundus Meo anggota Polsek Insana Utara.
Adapun program pekarangan pangan bergizi dengan sistem Irigasi Tetes menjadi wujud nyata kepolisian yang hadir sebagai motor pembangunan. Disini, IPDA Diknas menghadirkan Polri sebagai instrumen kehidupan yang bermakna bagi masyarakat.
"Kami belajar cara bertani di kebun Polsek kemudian kami sudah praktekan; hasil bagus dan kami semua senang" ungkap Vigo Nisfo warga Desa Humusu.
Masyarakat Insana Utara mengenang sosok IPDA Diknas bukan hanya sebagai polisi, tetapi sebagai pemimpin yang memanusiakan hukum dan menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan dalam hukum.
Di sinilah letak refleksi terdalam: bahwa hukum baru menemukan legitimasi sejatinya ketika dijalankan dengan nurani dan kearifan.**wm**